Chlorine Digital Media

PT Chlorine Digital Media Apresiasi SMK Al Wafa Berhasil Menerapkan Link & Match 8+1

PT Chlorine Digital Media Apresiasi SMK Al Wafa Berhasil Menerapkan Link & Match 8+1

Link and Match 8+i adalah konsep yang dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Indonesia, yang bertujuan untuk meningkatkan relevansi pendidikan vokasi dengan kebutuhan dunia kerja. Delapan komponen utama dalam Link and Match 8+i meliputi:

  1. Penyusunan kurikulum bersama antara sekolah dan industri yang disesuaikan dengan kebutuhan kompetensi di dunia kerja.
  2. Pembelajaran berbasis proyek nyata dari dunia usaha dan dunia industri (DUDI).
  3. Guru dan instruktur dari industri yang dilibatkan dalam proses pembelajaran.
  4. Praktik kerja industri yang wajib bagi siswa.
  5. Sertifikasi kompetensi yang diakui industri untuk lulusan.
  6. Penempatan kerja dan kewirausahaan sebagai bagian dari program pendidikan.
  7. Pelatihan berkelanjutan untuk guru dan tenaga pendidik agar terus sesuai dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan industri.
  8. Kerjasama penelitian terapan antara SMK dan industri.

Komponen tambahan yang sering disebut dengan “i” adalah inovasi. Inovasi dalam konteks ini merujuk pada kemampuan SMK dan industri untuk terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi, tren global, serta inovasi proses dan produk.


Berikut adalah implementasi Link & Match 8+i melalui “produksi film layar lebar”, yang melibatkan kolaborasi antara SMK Al Wafa dengan PT Chlorine Digital Media.

1. Workshop Sinkronisasi Kurikulum
Dalam konteks produksi film layar lebar, kurikulum yang disinkronisasi dapat mencakup berbagai kompetensi seperti penulisan skenario, penyutradaraan, produksi, editing, hingga distribusi film. Industri film bersama sekolah akan mengidentifikasi keterampilan yang dibutuhkan di lapangan dan mengintegrasikannya ke dalam kurikulum, sehingga lulusan SMK lebih siap terjun ke industri perfilman.

2. Workshop Teaching Factory (Tefa)
Dalam industri film layar lebar, workshop ini bisa melibatkan siswa dalam proyek pembuatan film, di mana mereka bekerja dengan peralatan dan standar profesional yang digunakan oleh industri film. Tujuan Tefa adalah memberikan pengalaman belajar yang aplikatif dan berorientasi industri, sehingga siswa dapat langsung merasakan proses kerja dalam produksi film.

3. Guru Tamu
Program guru tamu mengundang praktisi dari industri film untuk menjadi pengajar di SMK. Guru tamu ini bisa merupakan produser, sutradara, penulis skenario, atau tenaga ahli di bidang film lainnya. Mentor industri memberikan wawasan tentang tren terbaru di industri, praktik kerja di lapangan, dan tips sukses dalam dunia perfilman. Dengan menghadirkan guru tamu, siswa SMK Al Wafa dapat belajar langsung dari pengalaman nyata dan memperluas jaringan profesional Siswa. Kehadiran praktisi industri sangat penting untuk menjembatani gap antara teori di sekolah dengan praktik di industri. Dalam konteks produksi film layar lebar, praktisi bisa membimbing siswa dalam berbagai tahap pembuatan film, mulai dari praproduksi, produksi, hingga pascaproduksi.

4. PKL (Praktik Kerja Lapangan)
Dalam industri perfilman, siswa bisa ditempatkan di rumah produksi, studio film, atau perusahaan distribusi film. Mereka dapat belajar langsung tentang proses produksi film, mulai dari pengambilan gambar, pengelolaan peralatan, hingga editing dan pascaproduksi. PKL membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan yang relevan dan pengalaman langsung yang dapat mempersiapkan mereka menghadapi dunia kerja.

5. Magang Guru
Magang guru adalah program di mana guru SMK magang di industri film untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang perkembangan teknologi, proses kerja, dan standar industri terbaru. Dengan magang di industri perfilman, guru dapat memperbarui pengetahuan dan keterampilan yang nantinya bisa diterapkan dalam pengajaran di sekolah. Guru yang telah magang di industri juga lebih mampu menyampaikan pengalaman praktis kepada siswa, sehingga pembelajaran menjadi lebih relevan dengan kebutuhan industri.

6. Project Based Learning
Project Based Learning (PJBL) adalah metode pembelajaran yang berfokus pada penyelesaian proyek nyata. Dalam konteks perfilman, PJBL bisa melibatkan siswa dalam proyek pembuatan film sebagai bagian dari proses belajar mereka. Siswa bekerja dalam tim, membagi peran seperti penulis skenario, sutradara, juru kamera, atau editor, dan menjalankan seluruh proses produksi film dari awal hingga akhir. Dengan PJBL, siswa mendapatkan pengalaman langsung, memecahkan masalah nyata, dan mengembangkan keterampilan kolaborasi serta manajemen proyek.

7. Rekrutmen Lulusan
Rekrutmen lulusan SMK oleh industri film bisa terjadi melalui beberapa jalur. Setelah menyelesaikan PKL atau proyek dalam industri film, siswa yang berprestasi dan memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan dapat direkrut untuk bekerja di rumah produksi, studio, atau bahkan sebagai bagian dari tim produksi film layar lebar. Proses rekrutmen ini bisa dilakukan melalui kemitraan antara SMK dan industri film, yang sebelumnya sudah berkolaborasi dalam berbagai kegiatan seperti workshop dan PKL.

8. Tahapan Produksi Film Layar Lebar
Dalam produksi film layar lebar, berbagai tahapan yang dikuasai siswa SMK Al Wafa seperti:

  • Praproduksi: Penulisan naskah, perencanaan, penyusunan anggaran, dan casting.
  • Produksi: Pengambilan gambar (shooting), pengelolaan peralatan kamera, tata suara, tata cahaya, dan manajemen lokasi.
  • Pascaproduksi: Editing gambar dan suara, color grading, dan penambahan efek visual.

Lulusan SMK yang telah terlibat dalam proses produksi film layar lebar memiliki pengalaman berharga dalam seluruh tahapan ini dan siap terjun langsung ke dalam dunia industri.

9. Proses Lembaga Sensor Film
Setelah film selesai diproduksi, film layar lebar harus melalui proses peninjauan oleh Lembaga Sensor Film (LSF) Indonesia. LSF bertugas untuk meninjau dan menyensor film sesuai dengan peraturan yang berlaku, memastikan bahwa konten film tidak melanggar norma sosial, agama, atau peraturan hukum di Indonesia. Pemahaman tentang proses ini penting bagi siswa SMK yang terlibat dalam produksi film agar dapat memastikan bahwa film yang mereka buat sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh lembaga sensor.

10. Bioskop CGV
Setelah film mendapatkan izin tayang dari Lembaga Sensor Film, film layar lebar akan didistribusikan ke jaringan bioskop, seperti CGV. CGV merupakan salah satu jaringan bioskop terbesar di Indonesia yang memutar berbagai jenis film, mulai dari produksi lokal hingga internasional. Lulusan SMK yang memahami proses distribusi film hingga pemutarannya di bioskop bisa menjadi tenaga profesional yang kompeten dalam mengelola pemutaran film, baik sebagai teknisi bioskop, manajer pemasaran, atau bagian dari tim distribusi film.

Keseluruhan proses ini merupakan bagian dari ekosistem yang saling terkait, di mana PT Chlorine Digital Media mendampingi proses awal hingga akhir dan SMK Al Wafa sangat mampu mengikuti ritme dan budaya kerja industri.

Kolaborasi antara SMK dan industri melalui berbagai program, seperti workshop, PKL, dan PJBL, menjadi landasan penting untuk mencetak tenaga profesional yang siap pakai dalam dunia produksi film layar lebar.

Picture of Admin

Admin

Chlorine Digital Media

Facebook
WhatsApp
Pinterest
Telegram

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Open chat
ChlorineDigitalMedia
Halo...
Ada yang bisa kami bantu?